Disaat Stok Kopi Minim, Harga Kopi di OKU Tembus Rp 70 Ribu
Harga kopi di Kabupaten OKU melambung tinggi, namun petani tak banyak miliki stok. -Foto: Eris/OKES.-
OGAN KOMERING ULU, HARIANOKUSELATAN.ID - Petani kopi di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) tengah menikmati lonjakan harga kopi yang mencapai Rp 65 ribu hingga Rp 70 ribu per kilogram.
Meski demikian, senyum para petani tidak sepenuhnya lebar karena kenaikan harga ini tidak sejalan dengan hasil panen yang melimpah.
Stok kopi yang minim di awal tahun 2024 menyebabkan pendapatan petani tidak meningkat secara signifikan.
Rahmad, seorang petani kopi dari Desa Mendingin, Kecamatan Ulu Ogan, Kabupaten OKU, mengungkapkan kekecewaannya pada Senin, 24 Juni 2024.
"Harga kopi sedang naik, tetapi hasil panen kami sangat sedikit. Jadi, kenaikan harga ini tidak begitu berdampak pada ekonomi kami yang mayoritas adalah petani kopi," keluhnya.
Rahmad menjelaskan bahwa stok kopi yang siap panen sangat sedikit, yang memicu kenaikan harga.
Menurut Rahmad, ada beberapa faktor yang menyebabkan kenaikan harga kopi. Salah satu faktor utama adalah minimnya hasil panen.
"Stok hasil panen yang sedikit dan terbatas menjadi salah satu penyebab utama kenaikan harga kopi," ungkap Rahmad, yang juga anggota komoditi petani kopi OKU.
Selain itu, perubahan musim juga berperan dalam menurunkan hasil panen kopi. Rahmad menjelaskan bahwa sejak tahun 2021 hingga 2023, banyak petani yang mengalihkan lahan kebun kopi mereka untuk menanam jagung.
BACA JUGA:Pemuda Muhammadiyah Desak Polres OKU Timur Tindak Tegas Penyakit Masyarakat
BACA JUGA:Pastikan Keamanan, Personel Polsek Patroli Ke Pasar Kalangan
"Hal ini terjadi karena harga kopi pernah jatuh hingga Rp 15.500 per kilogram, sementara harga jagung naik dari Rp 2.500 menjadi Rp 6.000 per kilogram," terangnya.
Kondisi ini membuat petani lebih memilih menanam jagung yang dinilai lebih menguntungkan pada saat itu.
Faktor lainnya adalah banyaknya petani kopi yang baru memulai proses penanaman baru di awal tahun 2024.
"Pada awal tahun ini, banyak petani yang baru memulai proses penanaman baru dan tanaman mereka baru memasuki masa pertumbuhan," tambah Rahmad.
Situasi ini membuat stok kopi di dua kabupaten, OKU dan OKU Selatan, terbilang minim. Para pengepul kopi pun harus mencari pasokan dari luar daerah, seperti Kabupaten Muara Enim, Lahat, dan Pagar Alam, yang masih memiliki hasil panen cukup banyak.
"Para pengepul lebih banyak mencari kopi dari luar daerah karena stok di sini sangat terbatas," pungkas Rahmad.
Meskipun harga kopi naik, para petani berharap kondisi ini bisa berubah di masa mendatang. Mereka menginginkan hasil panen yang lebih melimpah agar dapat benar-benar menikmati keuntungan dari kenaikan harga kopi.
Selain itu, mereka juga berharap adanya dukungan dari pemerintah untuk stabilisasi harga dan penyediaan bibit unggul serta teknologi pertanian yang dapat meningkatkan produktivitas kebun kopi mereka.
BACA JUGA:Dinas Damkar Salurkan 2 Mobil Pemadam ke Posko Baru
BACA JUGA:Perlahan Tapi Pasti, Polisi Ungkap Kasus Curanmor di Palembang
Kondisi ini juga mengingatkan pentingnya diversifikasi tanaman dan perencanaan yang matang dalam menghadapi fluktuasi harga komoditas.
Dengan begitu, petani tidak terlalu bergantung pada satu jenis tanaman dan tetap bisa menjaga kesejahteraan mereka meski terjadi perubahan harga di pasar.
Dukungan dari pemerintah dalam bentuk pelatihan dan penyuluhan pertanian juga diharapkan bisa membantu petani mengelola lahan mereka dengan lebih efektif dan efisien.
Secara keseluruhan, meskipun kenaikan harga kopi membawa sedikit angin segar bagi petani kopi di OKU, tantangan dalam meningkatkan produksi dan stabilisasi harga tetap menjadi fokus utama.
Kerjasama antara petani, pemerintah, dan sektor swasta diharapkan dapat menciptakan kondisi yang lebih baik untuk industri kopi di daerah ini, sehingga keuntungan yang diperoleh dapat dirasakan secara merata oleh seluruh petani.