September Effect Jangan Jadi Patokan Tunggal Saat Investasi Kripto
HARIANOKUSELATAN.ID – Industri aset kripto dan saham memasuki bulan September dengan sorotan pada fenomena September Effect, yaitu anomali musiman yang sering dikaitkan dengan penurunan kinerja pasar.
Vice President Indodax, Antony Kusuma, menegaskan bahwa September Effect tidak seharusnya menjadi patokan tunggal dalam menentukan strategi investasi kripto. Menurutnya, fenomena ini lebih bersifat psikologis dibanding fundamental.
BACA JUGA:Aksi Beli Dorong Tren Bullish, Harga Kripto EOS Melonjak 15%
BACA JUGA:Stellar (XLM) Lawan Sentimen Negatif: Siap Meledak ke USD 0,70 Usai Kantongi Restu SEC
“Jika dibandingkan, pada 2024 transaksi kripto setahun penuh mencapai Rp344 triliun, sementara 2025 hingga Juli sudah tembus Rp276 triliun. Ini bukti bahwa kripto di Indonesia terus tumbuh, bahkan di tengah faktor musiman,” ujar Antony.
Pentingnya Diversifikasi dan Manajemen Risiko
Antony menekankan pentingnya diversifikasi portofolio serta manajemen risiko jangka panjang. Investor disarankan berinvestasi secara rasional, bukan sekadar mengikuti tren pasar atau mencoba menebak waktu terbaik masuk dan keluar (market timing).
Ia juga menilai strategi seperti Dollar-Cost Averaging (DCA) bisa menjadi pilihan bijak, khususnya bagi investor pemula. Dengan cara ini, pembelian dilakukan secara konsisten sehingga risiko volatilitas dapat ditekan.
BACA JUGA:Origin Workbench, Fitur Produktivitas Andalan Vivo X Fold5
BACA JUGA:Ini Keuntungan Beli iPhone Resmi di Indonesia Ketimbang Luar Negeri
Ekosistem Kripto Indonesia Semakin Matang
Meskipun sempat ada gejolak eksternal, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut ekosistem kripto di Indonesia tetap stabil. Aktivitas penempatan dan penarikan dana di exchange kripto berjalan normal, memperlihatkan ketahanan industri digital nasional.
Data OJK mencatat nilai transaksi kripto di Juli 2025 mencapai Rp52,46 triliun, melonjak 62,36% dibanding Juni 2025. Secara kumulatif, total transaksi kripto di Indonesia sepanjang 2025 telah mencapai Rp276,45 triliun, dengan jumlah investor tembus 16,5 juta orang.
BACA JUGA:Realme GT 8 Pro Usung Snapdragon 8 Elite Gen 5, Skor AnTuTu Tembus 4 Juta
BACA JUGA:Vivo V60 Lite Segera Rilis di Indonesia, Bodi Tipis 7,59 mm dan Baterai 6.500 mAh
Menurut Antony, tren positif ini bisa menjadi katalis bagi transformasi ekonomi digital nasional, sekaligus bukti bahwa kripto semakin diterima sebagai bagian dari ekosistem keuangan modern.