Negara Arab Hidupkan Rencana Pasukan Keamanan Serupa NATO
Doha: Negara-negara anggota Liga Arab kembali membahas rencana pembentukan pasukan keamanan kolektif dengan model serupa NATO. Proposal ini pertama kali diajukan oleh Mesir pada tahun 2015, namun kini kembali mencuat setelah serangan udara Israel di Qatar.
Pada 2015, Mesir mengajukan aliansi keamanan regional sebagai respons terhadap ancaman kelompok bersenjata seperti Houthi dan ISIS. Namun, rencana itu gagal karena adanya perbedaan pendapat mengenai isu kedaulatan dan struktur komando.
Kini, rencana yang dihidupkan kembali mencakup pembentukan pasukan gabungan darat, laut, dan udara. Selain itu, juga akan ditambah unit komando khusus, kontraterorisme, serta pasukan penjaga perdamaian, dilansir dari The Defense Post, Selasa (16/9/2025).
Pasukan ini dirancang untuk menghadapi ancaman keamanan regional dan melawan siapa pun yang mengancam stabilitas kawasan Arab. Mesir, yang memiliki militer terbesar di Timur Tengah dan Afrika Utara, diusulkan menjadi pemimpin dengan menjadikan Kairo sebagai markas besar.
Komandan pertama berasal dari Mesir, lalu posisi tersebut akan bergilir di antara anggota Liga Arab. Kepala Staf akan dipilih dari negara anggota lain, sementara posisi Sekretaris Jenderal dijabat oleh sipil.
Komandan dan Kepala Staf akan memegang kewenangan menyetujui penggunaan kekuatan setelah melalui konsultasi dengan semua negara anggota. Selain itu, pasukan ini akan memiliki dewan perencanaan khusus untuk mengurus logistik, pelatihan, dan interoperabilitas sistem persenjataan.
Kontribusi masing-masing negara terhadap pasukan gabungan akan disesuaikan dengan ukuran serta kemampuan militernya. Rencana ini dipandang sebagai langkah untuk memperkuat keamanan kawasan Arab di tengah meningkatnya ketegangan akibat konflik Israel–Palestina.