HUT RI, KJRI San Francisco Peragakan Busana Tradisional
San Francisco: Konsul Jenderal San Francisco menggelar peragaan busana tradisional Indonesia dalam rangka perayaan HUT Ke-80 RI. Kegiatan ini berlangsung usai Upacara Bendera di Wisma Indonesia San Francisco, Amerika Serikat (AS), Minggu (17/8/2025) waktu setempat.
Sekitar 300 diaspora dan warga negara Indonesia (WNI) tampak menyaksikan acara tersebut. Untuk kegiatan ini, KJRI San Francisco bekerja sama dengan Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI) San Francisco.
Beberapa busana yang ditampilkan berasal dari berbagai daerah dari Sabang sampai Merauke. Di antaranya Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Lampung, dan Bangka Belitung.
Kemudian dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, dan Lombok (Nusa Tenggara Barat). Tak ketinggalan busana adat tradisional asal Kalimantan, Sulawesi, dan Papua turut diperagakan kepada WNI dan warga lokal AS.
Busana yang ditampilkan mencerminkan warisan budaya mulai dari klasik hingga interpretasi kontemporer. Itu semua dikombinasikan dengan tenun dan batik dari berbagai pelosok Nusantara.

Konsul Jenderal (Konjen) RI di San Francisco, Yohpy Ichsan Wardana, mengatakan busana tradisional Indonesia bukan sekadar pakaian semata. Namun telah menjadi simbol diplomasi kultural dan keterikatan diaspora terhadap identitas nasional.
“Ini merupakan medium diplomasi budaya yang membangun rasa cinta dan pengakuan bangsa lain terhadap Indonesia,” ujarnya. Dalam hal ini, busana khas daerah seperti kebaya menjadi bahasa universal untuk menyampaikan makna dan tujuan tersebut.
Ketua KCBI San Francisco, Vevi Ibrahim, menambahkan pihaknya berupaya menghidupkan cerita di balik setiap lipatan, tenunan, dan sulaman. “Ini adalah narasi kolektif bangsa yang berbicara dalam setiap langkah di panggung global,” ujarnya.
Seorang warga AS, Ann Stahl, mengaku terpesona dengan keanekaragaman yang ditampilkan melalui busana tradisional Indonesia. “Saya baru melihat kebaya dipadukan dengan tenun Papua yang mencerminkan indahnya budaya Indonesia,” ucapnya.
Konsul Penerangan Sosial Budaya, Mahmudin Nur Al-Gozaly, menegaskan busana tradisional telah menjadi jembatan sejarah, bukan hanya sebagai fesyen. “Setiap perempuan yang mengenakannya menjadi duta budaya lewat simbol visual yang menyentuh publik,” ujarnya.