Kreatif di Balik Jeruji, WBP Lapas Muaradua Produksi Jala Ikan Bernilai Ekonomi
Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Muaradua ajak WBP mandiri menghasilkan Produk UMKM seperti dengan menganyam jala. -Foto: Hamdal Hadi/Harian OKU Selatan.-
MUARADUA – Di balik tembok pembinaan, Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Muaradua membuktikan bahwa keterbatasan bukanlah penghalang untuk berkarya.
Melalui program pembinaan produktif, para WBP kini aktif membuat jala ikan yang memiliki nilai jual tinggi dan berpotensi menjadi produk unggulan berbasis Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
BACA JUGA:Tim Kebersihan DLH OKU Selatan Sisir Kawasan Wisata Danau Ranau
BACA JUGA:Peduli Sesama, Polsek Muaradua Bagikan Sembako untuk Warga Kurang Mampu
Kreativitas yang Tumbuh di Balik Jeruji
Kegiatan menganyam jala ini dilakukan secara rutin oleh para WBP sebagai bagian dari program pembinaan kemandirian.
Aktivitas ini tidak hanya melatih ketelitian dan kesabaran, tetapi juga menumbuhkan rasa percaya diri serta semangat kewirausahaan di kalangan warga binaan.
Kepala Lapas Kelas IIB Muaradua, Hero Sulistiyono, menjelaskan bahwa program tersebut merupakan bagian dari upaya pihaknya dalam memberikan pembekalan keterampilan kerja bagi WBP agar mereka memiliki bekal yang bermanfaat setelah bebas nanti.
“Melalui kegiatan seperti pembuatan jala ikan, kami ingin membentuk mental wirausaha pada warga binaan. Mereka tidak hanya menjalani masa pidana, tetapi juga belajar keterampilan nyata yang bisa menjadi sumber penghasilan setelah keluar nanti,” ungkap Hero, Sabtu (25/10/2025).
BACA JUGA:Kwartir Pramuka OKU Selatan Gelar GLORI IV dan GOSPEL II di Kecamatan Simpang
BACA JUGA:Polsek Muaradua Ingatkan Siswa agar Tidak Mudah Laporkan Guru ke Polisi
Pemberdayaan WBP Menuju Kemandirian Ekonomi
Menurut Hero, produk jala ikan yang dihasilkan WBP tidak kalah kualitasnya dibandingkan buatan masyarakat umum.
Hasil produksi tersebut bahkan sudah mulai dipasarkan di tingkat lokal, menjadi bukti bahwa karya warga binaan memiliki daya saing ekonomi.
Selain itu, kegiatan ini juga menjadi sarana terapi sosial, membantu WBP mengalihkan pikiran dari rutinitas di dalam lapas, sekaligus mengasah keterampilan tangan dan tanggung jawab kerja.
“Setiap WBP yang terlibat merasa bangga karena hasil karyanya bermanfaat bagi masyarakat. Ini menjadi motivasi bagi mereka untuk terus berbuat baik dan produktif,” tambahnya.
