Yang lebih unik lagi saat pelaksanaan masak- memasak yang dipimpin oleh juru masak ada semacam kesepakatan atau bisa dibilang tatakrama tidak tertulis bahwa tuan rumah atau si empunya hajatan, tidak diperkenankan menengok atau keluar masuk tempat mereka memasak. Sebab, kepercayaan sudah diserahkan kepada panitia dan segenap warga atau tetangga yang rewang atau membantu mempersiapkan makanan dan kelangkapannya untuk sajian para tamu hajatan.
”Tuan rumah tidak boleh ikut campur, mereka diistimewakan. Tidak perlu ikutan masak atau menyiapkan semuanya. Tuan rumah menjadi penyambut tamu atau menemani tamu yang hadir,”terangnya.
Tidak ada uang jasa atau honor bagi warga yang ikut rewang ini, meski seharian bekerja membantu menyiapkan hajatan. Hanya saja, keluarga yang rewang ini mendapat kiriman makanan beserta lauk pauknya untuk keperluan makan di rumah.
”Mereka bekerja dengan sukarela. Memberi bantuan tanpa memperhitungkan waktu dan tenaga. Dan kita akan jaga terus tradisi ini,”katanya.
Tak hanya menunjukkan betapa kuatnya ikatan kekeluargaan, namun para tetangga juga menunjukkan bagaimana semestinya gotong-royong dan sikap toleransi ini dirawat sebagai bagian dari budaya bangsa