BATURAJA, HARIANOKUSELATAN.ID - Memasuki musim kemarau, intensitas hujan ringan hingga tinggi masih kerap turun membasahi Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU).
Akibat masih seringnya turun hujan membuat masyarakat Bumi Sebimbing Sekundang merasa was-was. Terutama mereka yang berada di dekat Daerah Aliran Sungai (DAS).
Sebab, masyarakat OKU masih alami trauma dengan bayang-masing bencana banjir. Mengingat baru-baru ini Kabupaten OKU mengalami dua kali bencana banjir yang merendam ribuan rumah warga dan merusak fasilitas umum seperti jembatan dan jalan.
Seperti yang diutarakan oleh Ali, warga Kecamatan Lengkiti tersebut merasa khawatir setiap kali hujan turun dengan lebat.
Begitu juga dengan Mario, warga Kecamatan Muara Jaya, di mana tempat tinggal mereka berada di DAS.
"Saat ini kami merasa was-was terlebih hujan turun dalam durasi yang cukup lama. Karena daerah tempat kami tinggal sangat dekat dengan aliran sungai yang jika meluap akan berdampak banjir," keluhnya.
BACA JUGA: Kemenag OKU Selatan Persiapkan KSM Lebih Awal
Berbagai upaya dilakukan Pemkab OKU dalam penanganan banjir. Salahsatunya memberikan imbauan kepada masyarakat agar tidak membuang sampah di sungai. Serta tidak menebang pohon atau perambahan hutan.
Sebab, banjir yang sering melanda Kabupaten OKU diduga karena kebiasaan warga membuang sampah sembarangan. Sehingga menyumbat aliran anak sungai dan saluran pembuangan air di wilayah perkotaan.
Selain itu, pemanfaatan dan tata kelola hutan yang kurang baik oleh pihak terkait untuk dijadikan lahan perkebunan dan industri turut menjadi penyumbang bencana alam kerap terjadi saat musim hujan.
Sebanyak 11 Kecamatan di Kabupaten OKU rawan banjir. Yakni Muara Jaya, Pengandonan, Ulu Ogan, Lengkiti, Semidang Aji.
Kemudian Sosoh Buay Rayap, Baturaja Timur, Baturaja Barat, Peninjauan, Kedaton Peninjauan Raya, dan Lubuk Batang.
Daerah-daerah tersebut masuk pemetaan rawan banjir dan tanah longsor karena merupakan kawasan perbukitan dan dekat dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) Ogan.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), hingga Mei 2024 tercatat empat kali banjir di wilayah itu.
Banjir pertama dan kedua terjadi pada periode Februari 2024, menyebabkan ratusan rumah penduduk terendam banjir dan merusak empat jembatan gantung hingga aktivitas masyarakat sempat lumpuh total.
BACA JUGA:Panwaslu Kecamatan Lakukan Monitoring Coklit
"Terparah, bencana banjir bandang melanda dua kali selama periode Mei 2024 hingga merenggut enam korban jiwa," kata Kepala BPBD OKU Januar Efendi.
Akibat bencana alam ini tercatat 10.816 rumah warga di wilayah itu terdampak banjir bandang dengan ketinggian air 50 centimeter hingga 2 meter.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 90 rumah warga rusak berat, bahkan satu di antaranya hanyut terseret banjir bandang.
Banjir juga merusak sejumlah fasilitas umum, antara lain, 18 gedung sekolah, 41 rumah ibadah, dan 15 unit fasilitas pemerintah dengan kerugian mencapai miliaran rupiah.